Pendaftaran Mhs Baru Prodi Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Minat KPMAK TA 2025/2026 telah memasuki Gelombang ke-2, Silakan daftarkan diri anda segera sebelum terlambat.
Baca dengan seksama leaflet berikut 👇
BuletinInfo Akademik Friday, 14 February 2025
Pendaftaran Mhs Baru Prodi Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Minat KPMAK TA 2025/2026 telah memasuki Gelombang ke-2, Silakan daftarkan diri anda segera sebelum terlambat.
Baca dengan seksama leaflet berikut 👇
The 4th International Symposium for Health Research and 14th National Congress of Indonesian Public Health Association 27 – 30 Nov 2019, Bali
Presentasi oral oleh Karl Pasaribu (KPMAK 2017) mahasiswa bimbingan Dr.drg. Julita Hendrartini, M.Kes, AAK dan dr. Firdaus Hafidz, MPH, Ph.D, AAK dengan judul “Kapitasi khusus untuk daerah terpencil, bermanfaatkah?”
Presentasi hasil penelitian yang dilakukan di Kab Nias Utara. Dari hasil penelitian ditemuka n bahwa dana kapitasi khusus untuk daerah terpencil belum dapat digunakan dengan maksimal akibat terbentur regulasi serta keterbatasan petugas pengelola dana kapitasi di puskesmas. Selain itu ditemukan bahwa dana kapitasi khusus juga belum berhasil menarik minat tenaga kesehatan untuk bekerja di daerah terpencil meskipun dirasakan ada penambahan penghasilan petugas puskesmas. Dengan demikian ditarik kesimpulan bahwa manfaat dana kapitasi khusus belum dirasakan maksimal bagi puskesmas. (Karl Pasaribu) read more
Young Health EconomicsBali, 6-8 November 2019
Annie Pratiwi sebagai alumni KPMAK Angkatan 2009 ikut aktif dalam kegiatan Young Health Economics dalam 6th Ina HEA Conference. Kegiatan diikuti oleh 25 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia. Para peserta diberikan Capacity Building for Young Health Economics (YHE). Kegiatan ini diadakan oleh Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia dan dibiayai oleh ThinkWell dan USAID. Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama 1 hari dengan berbagai topik yang berkaitan dengan Jaminan Kesehatan Nasional, pembiayaan untuk penyakit tidak menular, serta pelatihan penghitungan unit cost. (Annie Pratiwi) read more
[CALL FOR SCHOLARSHIP APPLICATIONS]
“(POLITICAL) ECONOMICS OF NON-COMMUNICABLE DISEASES IN INDONESIA-GATHERING EVIDENCE FOR NATIONAL ACTION PLAN”
Tahun 2019 peminatan Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (KPMAK) Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM menerima 7 mahasiswa Pascasarjana setelah dilakukan penyaringan dari banyak calon mahasiswa lainnya.
Bhineka Tunggal Ika sangat terasa dalam angkatan tahun ini, yaitu keberagaman mahasiswa yang memiliki latar belakang daerah dari Aceh hingga Papua.
“ini sangat menarik ya, berbeda asal daerah dan latar belakang pendidikan, sangat bagus untuk diskusi kita nantinya di kelas” tutur dr. Firdaus Hafidz, MPH, Ph.D, AAK selaku Ketua Minat KPMAK IKM UGM. read more
Artikel Tuesday, 25 June 2019
Terjadinya penyakit yang disebabkan oleh Virus Hepatitis A (VHA) di Indonesia masuk dalam kategori endemik rendah di level negara-negara Asia, namun kejadian kasus infeksi VHA walaupun masuk dalam negara endemic rendah tidak menutup kemungkinan penyebaran infeksi tetap terjadi terutama sebagian remaja dan orang dewasa yang dalam kondisi rentan terhadap infeksi virus tersebut dalam lingkungan sosialnya, seperti globalisasi, migrasi dan pola perjalanan. Sebagai negara yang berpenghasilan menengah, program sanitasi yang dilakukan masih dalam tahap yang berkelanjutan dan terdapat beberapa daerah sanitasi masih buruk, walaupun dari laporan kejadian infeksi Virus Hepatitis A insiden rendah pada anak-anak tapi manifestasi terjadinya infeksi Virus Hepatitis A pada orang dewasa insidennya cukup tinggi. Pemberian vaksinasi dapat menjadi pilihan dalam upaya pencegahan, telah terbukti dibeberapa negara tindakan vaksisnasi dapat menurunkan insiden terjadinya penularan Virus Hepatitis A demikian juga yang terjadi di Indonesia dengan penularan melalui orang ke orang di komunitas umum, terjadinya wabah virus Hepatitis A yang sering terjadi secara berkala, dapat dilakukan pencegahan dan pengendalian VHA melalui Program Vaksinasi secara luas. read more
Artikel Tuesday, 25 June 2019
Reactive case detection (RACD) merupakan strategi penemuan kasus aktif untuk diagnosis malaria pada individu asymptomatic yang sudah diimplementasikan secara luas di daerah dengan endemik rendah. Penggunaan alat diagnosis standar, microscopy atau Rapid diagnostic test (RDT) memiliki keterbatasan dalam mendeteksi infeksi malaria endemik rendah. Penggunaan loop-mediated isothermal amplification (LAMP) dalam RACD diketahui lebih sensitif, sederhana, tidak memerlukan peralatan canggih, dan dapat dilakukan selama setengah hari sampai satu hari. Namun, berapa biaya dan metode diagnosis mana yang lebih cost effective masih menjadi pertanyaan. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan berapa biaya jika RACD diimplementasikan menggunakan data dari kabupaten Aceh Besar dan membandingkan cost effectiveness penggunaan metode diagnostik standar (mikroskop) dan LAMP untuk mengidentifikasi infeksi selama program RACD (Section Background, paragraph 2 and 3). read more
Artikel Tuesday, 25 June 2019
Kajian ini bertujuan untuk menilai efektifitas biaya imunisasi rotavirus dengan mempertimbangkan pola pemberian ASI atau air susu ibu.
Meskipun angka kejadian diare meningkat di Indonesia tetapi data rotavirus sebagai penyebab utama diare sangat sedikit didokumentasikan. Hasil surveylan prospektif pada 2006 menunjukkan bahwa infeksi rotavirus adalah penyebab utama diare berat pada anak di bawah 5 tahun terutama pada umur 6 sampai 24 bulan. Pemberian ASI terbukti melindungi dari rotavirus sehingga mencegah terjadinya diare. UNICEF dan WHO merekomendasikan bahwa anak-anak harus diberi ASI selama 6 bulan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian. Pemerintah membutuhkan data manfaat ekonomi dan hasil kesehatan dari program vaksinasi sebelum direkomendasikan menjadi program rutin. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa imunisasi rotavirus ampuh mencegah kejadian diare tetapi belum mempertimbangkan pemberian ASI. read more
Artikel Tuesday, 25 June 2019
RACD pada kasus malaria menjadi efektif sebagai screning untuk mendeteksi malaria secara dini di kalangan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu : 1. Memperkirakan biaya pelaksanaan RACD menggunakan data dari kabupaten penghilang malaria di wilayah Serambi Aceh, Indonesia dan 2. Membandingkan efektivitas biaya dan jumlah biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan penelitian dengan standar diagnosis (mikroskop) atau dengan sesuatu lebih sensitif (LAMP) untuk mengidentifikasi jumlah infeksi selama RACD (Section Background paragraf ke 3). Pentingya penelitian ini dilakukan berkaitan dengan evaluasi ekonomi yang dilakukan untuk melihat biaya dan keefektifan biaya yang dikeluarkan mengenai deteksi kasus reaktif (RACD) dengan menggunakan perbandingan alat mikroskop dan LAMP dengan melihat alat mana yang lebih efektif untuk melihat seberapa banyak infeksi malaria tersebar di kalangan masyarakat. Deteksi kasus reaktif (RACD), atau penemuan kasus aktif di antara rumah tangga dan tetangga dari kasus indeks yang diidentifikasi secara pasif, adalah strategi untuk mengatasi tantangan ini. Tujuan dari RACD adalah identifikasi dan pengobatan infeksi tanpa gejala atau infeksi lain yang tidak akan muncul melalui sistem pengawasan pasif, hal ini dianggap sebagai strategi malaria utama untuk mengumpulkan informasi pengawasan dan dapat mengurangi penularan dan memfasilitasi pencapaian eliminasi malaria. Pada RACD intervensi yang digunakan yaitu mikroskop dan LAMP, pada kedua alat tersebut akan dibandingkan hasil keefektifitasannya pada kasus malaria (Section Background paragraf ke 1 dan 2). read more