Banyak dari kunjungan pasien yang berulang ke IGD Rumah Sakit sebenarnya tidak diperlukan dan dapat dicegah. Apabila tidak ditangani dengan tepat hal ini dapat menyebabkan inefisiensi secara finansial maupun non finansial. Case Management (CM) merupakan intervensi yang dapat menjadi pilihan. CM menggunakan pendekatan interdisiplin untuk mengelola kondisi dan permasalahan pasien serta manajemen sumber dayanya. Harapannya dengan diterapkannya CM ini, kekambuhan dan insidensi kejadian akut parah dapat dicegah, kunjungan IGD berkurang, dan biaya perawatan juga berkurang. Dalam prosesnya pasien dapat dialihkan untuk berkunjung ke layanan primer, sehingga biaya yang dikeluarkan juga bisa lebih rendah.
Penelitian dalam artikel ini membandingkan biaya perawatan yang dikeluarkan dari perspektif Rumah Sakit dan asuransi (hanya 140 dari 250) antara kelompok pengguna berulang IGD yang diberi intervensi tambahan CM dan yang hanya dengan perawatan IGD standar (SC/Standard Care). Follow up dilakukan selama 12 bulan. Data dari pihak asuransi untuk menggambarkan perspektif yang lebih luas, karena biaya juga meliputi layanan di luar Rumah Sakit, seperti misalnya pelayanan di fasilitas kesehatan primer.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok CM dan SC baik dari perspektif Rumah Sakit maupun dari perspektif asuransi. Terkait hal ini penulis artikel menyebutkan bahwa jumlah sampel mungkin tidak mencukupi untuk menilai perbedaan biaya, karena sampel sebesar 250 dihitung untuk menilai perbedaan penurunan jumlah kunjungan IGD. Kemudian dari perspektif asuransi sampel lebih kecil lagi sehingga power juga berkurang. Meski hasil tidak signifikan, penelitian ini berhasil mengidentifikasi karakteristik cost driver dari kunjungan IGD oleh pengguna berulang IGD. Faktor yang dikaitkan dengan peningkatan biaya perawatan IGD antara lain: mendekati kematian, usia, kewarganegaraan, gangguan mental, kesulitan sosial dan finansial.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang mendorong peningkatan jumlah kunjungan dan biaya perawatan, tim CM dapat memberikan intervensi dan follow up serta rujukan yang sesuai, misalnya dengan banyaknya pasien dengan somatisasi dan gangguan jiwa akan difokuskan pada tim interdisipliner yang ahli dalam bidang psikiatri dan konseling. Kemudian seringkali tim CM juga dapat membantu memperbaiki situasi sosial yang dihadapi pasien dengan mengkoordinasikan dengan pihak tertentu seperti penyedia layanan sosial untuk mendapatkan bantuan finansial, tempat tinggal, dan peluang pendidikan. Selain itu penerapan CM ini juga menguntungkan bagi Rumah Sakit karena dapat meningkatkan pendapatan dari pembayaran oleh perusahaan asuransi.
Di Indonesia, Case Management (CM) memang sudah diterapkan di banyak Rumah Sakit. Namun seringkali masih belum banyak memberikan pertimbangan terhadap biaya dan unsur koordinasi pelayanan dengan fasilitas di luar Rumah Sakit seperti fasilitas kesehatan primer dan juga penyedia layanan sosial. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam membentuk suatu tim CM yang dapat berkoordinasi juga dengan pihak-pihak luar tersebut dan memiliki kompetensi untuk menggali karakteristik penyebab permasalahan pasien baik medis maupun non-medis, serta mempertimbangkan biaya juga dalam menentukan intervensi yang berkualitas bagi pasien. Nantinya CM juga dapat fokus pada kasus-kasus yang menyebabkan pengeluaran besar selain berdasarkan penyakit/diagnosis seperti yang selama ini sering dilakukan.
Oleh: Dian Rizzky Aisyari (21/486882/PKU/19831)
Referensi: Moschetti, K., Iglesias, K., Baggio, S., Velonaki, V., Hugli, O., Burnand, B., Daeppen, J., Wasserfallen, J., Bodenmann, P., 2018, Health Care Cost of Case Management for Frequent Users of The Emergency Department: Hospital and Insurance Perspective, PLoS ONE, 13(9): 1-15, https://doi.org/10.1371/journal.pone.0199691