RACD pada kasus malaria menjadi efektif sebagai screning untuk mendeteksi malaria secara dini di kalangan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu : 1. Memperkirakan biaya pelaksanaan RACD menggunakan data dari kabupaten penghilang malaria di wilayah Serambi Aceh, Indonesia dan 2. Membandingkan efektivitas biaya dan jumlah biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan penelitian dengan standar diagnosis (mikroskop) atau dengan sesuatu lebih sensitif (LAMP) untuk mengidentifikasi jumlah infeksi selama RACD (Section Background paragraf ke 3). Pentingya penelitian ini dilakukan berkaitan dengan evaluasi ekonomi yang dilakukan untuk melihat biaya dan keefektifan biaya yang dikeluarkan mengenai deteksi kasus reaktif (RACD) dengan menggunakan perbandingan alat mikroskop dan LAMP dengan melihat alat mana yang lebih efektif untuk melihat seberapa banyak infeksi malaria tersebar di kalangan masyarakat. Deteksi kasus reaktif (RACD), atau penemuan kasus aktif di antara rumah tangga dan tetangga dari kasus indeks yang diidentifikasi secara pasif, adalah strategi untuk mengatasi tantangan ini. Tujuan dari RACD adalah identifikasi dan pengobatan infeksi tanpa gejala atau infeksi lain yang tidak akan muncul melalui sistem pengawasan pasif, hal ini dianggap sebagai strategi malaria utama untuk mengumpulkan informasi pengawasan dan dapat mengurangi penularan dan memfasilitasi pencapaian eliminasi malaria. Pada RACD intervensi yang digunakan yaitu mikroskop dan LAMP, pada kedua alat tersebut akan dibandingkan hasil keefektifitasannya pada kasus malaria (Section Background paragraf ke 1 dan 2).
Sebagai bagian dari strategi eliminasi malaria, Dinas Kesehatan Kabupaten pada 2010 memprakarsai RACD, yang secara lokal disebut sebagai ‘survei kontak’. Setelah mikroskop yang dikonfirmasi kasus malaria didiagnosis di fasilitas kesehatan, staf surveilans yang ditunjuk mengunjungi desa kasus indeks untuk melakukan tes malaria di antara anggota rumah tangga dan tetangga, hal tersebut menjadi dasar perspektif untuk melakukan evaluasi ekonomi (Section metode, Sub Study location paragraf 1).
Metodologi Penelitian Metode evaluasi yang digunakan yaitu cost effectiveness yaitu untuk melihat keefektifan biaya yang dikeluarkan untuk mendeteksi seberapa sensitif alat yang digunakan untuk mendeteksi masyarakat yang terinfeksi malaria. Ukuran efektivitas biaya utama adalah rasio efektivitas biaya tambahan (ICER), dinyatakan sebagai biaya per infeksi malaria yang terdeteksi oleh LAMP dibandingkan dengan mikroskop (Section Methods, sub Study design kalimat pertama). Pengukuran biaya pada penelitian evaluasi memperkirakan biaya yang terkait dengan mikroskop versus LAMP, biaya RACD dipisahkan menjadi ‘biaya RACD umum’ dan ‘biaya spesifik diagnostik’. Biaya RACD umum mencakup kegiatan rutin yang terkait dengan RACD seperti kunjungan lapangan, termasuk waktu untuk persiapan, perjalanan, dan menyaring rumah tangga. Biaya spesifik diagnostik untuk mikroskop dan LAMP dihitung dengan mengisolasi personil, pelatihan, bahan habis pakai, waktu pemrosesan, layanan dari biaya RACD umum, termasuk biaya per RACD dan biaya per individu yang diskrining dihitung dengan membagi total biaya untuk melakukan RACD menggunakan mikroskop dan / atau LAMP selama periode penelitian dengan jumlah total kejadian RACD dan individu yang disaring (Election Analysis paragraf 2 dan 3). Pengukuran Health outcome pada penelitian tersebut melihat ukuran hasil utama dari jumlah infeksi yang terdeteksi oleh LAMP versus mikroskop pada RACD, apakah lebih efektif menggunakan LAMP atau mikroskop untuk memperoleh hasil yang sensitif mengenai jumlah orang yang terinfeksi kasus malaria (Election analysis paragraf 1). Pada penelitian ini tidak terdapat modeling yang menjelaskan mengenai bagaimana proses evaluasi ekonomi dilakukan pada penelitian tentang detektif kasus reaktif pada malaria menggunakan mikroskop versus LAMP pada masyarakat.
Hasil PenelitianHasil pengukuran evaluasi ekonomi tersebut pertama dilihat dari biaya spesifik antara mikroskop versus LAMP. Total biaya spesifik menggunakan mikroskop sebesar $929 dengan kisaran biaya yang harus dikeluarkan per individu yaitu $ 0,62, sedangkan pada LAMP total biaya yang dikeluarkan yaitu $24,557, hal tersebut setara biaya yang dikeluarkan sebesar $16 per individu (section Result sub Cost and cost‑effectiveness by microscopy versus LAMP, paragraf 1). Berdasarkan estimasi untuk mengidentifikasi biaya per infeksi di dalam RACD dan ICER dalam mengidentifikasi jumlah infeksi menggunakan LAMP versus mikroskop, dengan hasil prevalensi sebesar 33% pada RACD penggunaan LAMP diidentifikasi jauh lebih sensitif hasilnya dibandingkan mikroskop meskipun biaya yang dikeluarkan lebih besar per individu (section figur 3).Berdasarkan biaya total biaya yang dikeluarkan ketika menggunakan mikroskop versus LAMP, kemudian berdasarkan hasil ICER, hasil ICER pada penelitian ini dapat dilihat dari biaya serta jumlah infeksi virus malaria yang terdeteksi, jadi semakin sensitif alat tersebut untuk mengidentifikasi virus malaria maka semakin bagus alat tersebut digunakan, namun biaya yang dikeluarkan juga menjadi salah satu pertimbangan. Pembahasan
Hasil penelitian berdasarkan implikasi yaitu pada RACD atau skrining dan pengobatan lokal untuk melaporkan biaya dari pengaturan transmisi yang rendah, biaya menggunakan diagnostik yang sangat sensitif, dan efektivitas biaya menggunakan diagnostik yang sangat sensitif versus standar dalam aktif deteksi kasus. Singkatnya, dalam pengaturan transmisi yang rendah di Aceh Besar, biaya RACD per individu yang disaring ternyata tinggi, meskipun biaya per PAR rendah. Dibandingkan dengan mikroskop, penggunaan LAMP dalam RACD lebih mahal tetapi lebih efektif untuk mendeteksi infeksi dengan hasil yang semakin berkurang yang diamati ketika temuan diekstrapolasi ke skenario dengan prevalensi yang lebih tinggi, atau menggunakan diagnostik yang lebih sensitif ketika prevalensi sangat rendah (section discussion, paragraf 7/8).
Terdapat keterbatasan pada penelitian ini yaitu, estimasi biaya personil bergantung pada alokasi waktu yang dilaporkan sendiri. Selanjutnya, karena beberapa kasus dalam pengaturan transmisi rendah ini, ada keterbatasan untuk generalisasi studi dan ketepatan estimasi ICER. Ekstrapolasi untuk mempertimbangkan pengaruh prevalensi infeksi dan hasil diagnostik dilakukan, tetapi mengasumsikan faktor tetap lainnya (epidemiologis, atau terkait biaya), dalam implementasi dunia nyata, beberapa faktor yang relevan dapat berubah dan memengaruhi biaya, misalnya, efektivitas biaya LAMP dapat ditingkatkan dengan potongan harga untuk LAMP atau diagnostik lain yang lebih murah (section discussion, paragraf 6)