China memiliki populasi lansia sebanyak 2,41 miliar tahun 2018 dan sekitar 40 juta populasi lansia China memiliki disabilitas. Berdasarkan survey tahun 2010, para lansia membutuhkan pelayanan kesehatan homecare sebesar 36.9%, namun hanya 1.7% yang mendapat pelayanan. Keterlambatan penanganan menyebabkan peningkatan LOS di rumah sakit sebesar 0.18 kali lipat admisi per-kapita dibandingkan rerata global. Tingginya tingkat re-admisi ke rumah sakit dan inefesiensi perawatan menjadi permasalahan penelitian. Keberlanjutan program bergantung pada keseimbangan tujuan penyediaan asuransi kesehatan social jangka panjang atau long-term care insurance (LTCI) yang terjangkau dan keseimbangan pengelolaan keuangan program tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional menggunakan data klaim asuransi kesehatan. Penelitian dilakukan di rumah sakit tersier dan fasilitas kesehatan LTCI kota Shanghai dengan mengambil dataset pasien tahun 2016 dan 2017. Teknik pengambilan data sampel menggunakan metode stratified sampling secara acak memilih 5% dari jumlah pasien. Variable independen penelitian terdiri dari waktu masuk dan pulang pasien, penyakit, pemanfaatan perawatan kesehatan, data pribadi termasuk jenis kelamin, tanggal lahir, dan jenis asuransi kesehatan. Variabel dependen penelitian adalah pemanfaatan pelayanan di rumah sakit dan pengeluaran medis pada pasien LTCI. Pengambilan bukti secara kuasi-eksperimental, lalu dilakukan analisis data dengan estimasi DID atau Difference-In-Difference.
Tiga penemuan penelitian didapat dari estimasi DID: Pertama, implementasi LTCI secara signifikan mengurangi lama rawat inap (LOS), pengeluaran biaya rawat inap, dan pengeluaran pengembalian biaya (reimbursement) di rumah sakit tersier yaitu sebesar 41%, 17.7% dan 11.4% secara berurut. Temuan kedua, dampak perawatan rawat inap dan pengeluarannya lebih tinggi pada usia di atas 80 tahun, dan pengenalan asuransi kesehatan LTCI dapat menurunkan kunjungan rawat jalan di rumah sakit tersier. Hal ini membuktikan bahwa implementasi LTCI meningkatkan status kesehatan penerima manfaatnya. Temuan ketiga, analisis efektivitas biaya LTCI menunjukkan bahwa setiap tambahan 1 yuan yang dibelanjakan di LTCI akan menghasilkan penurunan sebesar 8,6 yuan dalam pengeluaran rawat inap, menunjukkan bahwa penerapan LTCI membantu meningkatkan alokasi dana asuransi kesehatan.
LTCI di China dibiayai dari dana asuransi kesehatan sosial dan pemerintah. LTCI mencakup tiga kategori manfaat layanan: perawatan di rumah, perawatan institusional, dan perawatan di rumah sakit. Co-payment sebesar 10% untuk homecare dan 15% untuk perawatan institusional. Implikasi kebijakan yang ada berupa substitusi perawatan jangka panjang untuk rawat inap dan peningkatan kesehatan lebih maksimal.
Rekomendasi kebijakan ke depan untuk konteks di Indonesia apabila mengacu pada hasil temuan tersebut yaitu berdasarkan Dukcapil 2021, jumlah lansia di Indonesia sebanyak 30.16 juta jiwa penduduk (11.01% dari jumlah penduduk). Tingginya pembiayaan perawatan penyakit katastropik dan degenerative di skema JKN saat ini, menjadikan program asuransi kesehatan jangka Panjang (LTCI) agar dapat berjalan dan diterapkan dengan baik, dengan harapan dapat menurunkan utilisisasi serta pengeluaran medis di rumah sakit. Perencanaan yang cermat, pemahaman yang jelas tentang LTC, pengaturan dan koordinasi multisector serta desain yang sesuai dengan konteks negara Indonesia, kecukupan sumber daya seperti caregiver, ketersediaan dan manajemen pelayanan, rencana pembiayaan, serta kebijakan politik harus lebih diperkuat untuk strategi LTC dapat berkembang. Pembiayaan untuk program LTC ini dapat melalui pajak pendapatan umum atau konstribusi asuransi social seperti negara Jepang dan Korea Selatan.
Oleh: Syifa Nabila Farah Fauziah Nur (21/476388/PKU/19400)
Referensi: Feng, J., Wang, Z., Yu, Y., 2020, Does long-term care insurance reduce hospital utilization and medical expenditures? Evidence from China, Soc Sci Med, 258, 1-8, https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2020.113081