- PENDAHULUAN
Terjadinya penyakit yang disebabkan oleh Virus Hepatitis A (VHA) di Indonesia masuk dalam kategori endemik rendah di level negara-negara Asia, namun kejadian kasus infeksi VHA walaupun masuk dalam negara endemic rendah tidak menutup kemungkinan penyebaran infeksi tetap terjadi terutama sebagian remaja dan orang dewasa yang dalam kondisi rentan terhadap infeksi virus tersebut dalam lingkungan sosialnya, seperti globalisasi, migrasi dan pola perjalanan. Sebagai negara yang berpenghasilan menengah, program sanitasi yang dilakukan masih dalam tahap yang berkelanjutan dan terdapat beberapa daerah sanitasi masih buruk, walaupun dari laporan kejadian infeksi Virus Hepatitis A insiden rendah pada anak-anak tapi manifestasi terjadinya infeksi Virus Hepatitis A pada orang dewasa insidennya cukup tinggi. Pemberian vaksinasi dapat menjadi pilihan dalam upaya pencegahan, telah terbukti dibeberapa negara tindakan vaksisnasi dapat menurunkan insiden terjadinya penularan Virus Hepatitis A demikian juga yang terjadi di Indonesia dengan penularan melalui orang ke orang di komunitas umum, terjadinya wabah virus Hepatitis A yang sering terjadi secara berkala, dapat dilakukan pencegahan dan pengendalian VHA melalui Program Vaksinasi secara luas.
Pelaksanaan program vaksinasi VHA dalam konteks evaluasi ekonomi belum pernah dilakukan di Indonesia, adapun tujuan dari studi ini melakukan evaluasi ekonomi terhadap program Vaksinasi Virus Hepatiti A dengan menilai efektivitas biaya vaksinasi Hepatitis A di Indonesia, sehingga sangat penting diketahui secara potensial apakah menguntungkan bagi kesehatan sehingga pemberian Vaksin Hepatitis A dapat masuk dalam Program Imunisasi Nasional. Studi ini melakukan perbandingan pada Vaksin Hepatitis A dengan pemberian satu dosis dan dua dosis berdasarkan perspektif masyarakat, perspektif social, Prospektif kesehatan dan prospektif pelayanan kesehatan dalam pemberian vaksin VHA.
- METODOLOGI PENELITIAN
Model
Penelitian ini menggunakan studi kohort, sample sebanyak 4.200.000 bayi dari tahun 2012, model kohort dengan usia terstruktur menggunakan pohon keputusan. Model ini melibatkan horizon waktu 70 tahun (rata-rata usia harapan hidup di Indonesia) 28 dengan siklus 1 bulan untuk anak-anak kurang dari 2 tahun dan setiap tahun sesudahnya. Berbeda dari beberapa penelitian sebelumnya 13,19,25 di Asia, studi ini membuat perbandingan penggunaan jadwal vaksin dua dosis vs satu dosis. Model digunakan dalam analisis sensitivitas probabilistik Insiden HVA InfeksiInfeksi di klasifiksi menjadi 4 kategori yaitu, ringan (pengobatan dirumah), moderate (pengobatan oleh dokter umum), severe (rawat inap), dan kasus yang fatal.Karakteristik Vaksin
Vaksin hepatitis A akan diberikan dalam dua dosis pada usia 12 dan 18 bulan dan dalam satu dosis pada usia 12 bulan. Dengan kemanjuran vaksin pada 93% dan 95% untuk dosis pertama dan kedua, berdasarkan vaksin imunogenisitas dan keamanan. Selanjutnya, kami mengasumsikan bahwa dengan jadwal vaksin dua dosis, perlindungan vaksin setiap tahun akan menurun sebesar 0,31% dalam 10 tahun pertama dan 0,62% setelahnya menurut pendapat panel ahli.
Menghitung kerugian QALY
Untuk memperkirakan kerugian QALY, diterapkan data dari beberapa penelitian sebelumnya dengan perkiraan durasi penyakit pada 16, 21, dan 33 d untuk kasus ringan, sedang, dan berat, masing-masing, 28 dan skor disutilitas pada 0,43 untuk negara yang hidup dengan hepatitis A.38 Berdasarkan data tersebut, diperkirakan kerugian QALY, misalnya, kasus ringan pada 0,01885 (16 x 0,43 / 365 d) .39. Penghitungan yang sama untuk memperkirakan kerugian QALY untuk kasus sedang dan berat
Biaya terhadap penyakit Hepatitis A
Estimasi biaya diperoleh dari studi pada tahun 2006 tentang perkiraan biaya unit terkait penyakit akibat sanitasi yang buruk di Indonesia. Biaya perawatan kesehatan akibat infeksi HAV terkait kasus ringan, sedang dan parah diperkirakan berasal dari perawatan rawat jalan / perawatan di rumah informal (misalnya, biaya perawatan sendiri), perawatan rawat jalan formal / perawatan dokter umum (misalnya, biaya langsung medis) dan perawatan rawat inap formal / rawat inap (misalnya, obat, diagnostik, pendaftaran, dan biaya langsung medis lainnya). Biaya perawatan kesehatan ini disusun dari informasi tentang tingkat penyakit, tingkat pencarian pengobatan, praktik pengobatan, dan biaya unit, yang diterapkan di seluruh negeri berdasarkan studi penetapan biaya yang tersedia dan dilakukan di Indonesia.Untuk masyarakat Selain itu, juga dihitung biaya non-medis langsung (misalnya, transportasi) dan biaya tidak langsung (misalnya, kerugian produktivitas). Harga vaksin dan biaya administrasi per dosis diterapkan masing-masing US $ 3,2137 dan US $ 0,36,9, berdasarkan penelitian sebelumnya di Indonesia. Semua hasil dari analisis dikonversi ke US $ pada tahun 2012 dengan menggunakan paritas daya beli (PPP) dan semua biaya didiskon dengan tingkat tahunan sebesar 3%.
Metode Analisis
ICER = (Total biaya dengan vaksinasi – Total biaya tanpa vaksinasi) / (Total QALY diperoleh tanpa vaksinasi – Total QALY diperoleh dengan vaksinasi) ICER dihitung untuk mengukur hasil dari kedua perspektif sehubungan dengan definisi WHO tentang efektivitas biaya vaksinasi universal sesuai dengan PDB per kapita: (1) sangat hemat biaya (kurang dari satu PDB per kapita); (2) hemat biaya (antara 1 dan 3 kali PDB per kapita); dan (3) tidak efektif-biaya (lebih dari 3 kali PDB per kapita) .11
Kami melakukan analisis sensitivitas univariat dan probabilistik (PSA). Analisis sensitivitas univariat dilakukan
III. HASIL PENELITIAN
Pemberian jadwal vaksin dua dosis akan mengurangi kasus hepatitis A sebesar 247.694 (65,0%) kasus ringan, 148.670 (65,0%) kasus sedang, 56.064 (68,7%) kasus berat, dan 406 (59,8%) untuk kasus fatal. Untuk vaksin satu dosis akan mengurangi kasus hepatitis A 174.157 (45,7%) kasus ringan, 104.579 (45,7%) kasus sedang , 43.224 (53,0%) dan kasus berat, dan 247 (36,3%) untuk kasus fatal. Vaksinasi hepatitis A akan menghemat 8.917 dan 6.614 dengan diskon kualitas hidup yang disesuaikan (QALYs) untuk pemberian vaksin dua dosis dan satu dosis. Lebih lanjut, itu juga akan menghemat US $ 3.795 148 dan US $ 2.892.20 dari perspektif sosial, dan dari perspektif sosial, itu akan menghasilkan ICER pada US $ 7421 dan US $ 4933 per QALY yang diperoleh untuk kedua jadwal dengan harga vaksin US $ 3,21 per dosis, penerapan vaksin hepatitis A dari perspektif layanan kesehatan akan menghasilkan rasio efektivitas biaya tambahan (ICER) tambahan pada US $ 7510 dan US $ 5025 per QALY yang diperoleh masing-masing untuk jadwal vaksin dua dosis dan satu dosis. Hasil evaluasi ini dengan asumsi cakupan vaksin 80% dan efikasi vaksin 93% (dosis pertama) dan 95% (dosis kedua), vaksinasi 4.200.000 bayi akan mengurangi infeksi HAV oleh 452.834 dan 322.207 kasus ketika menggunakan jadwal vaksin dua dosis dan satu dosis. Mempertimbangkan produk domestik bruto (PDB) tahun 2012 per kapita di Indonesia sebesar US $ 3557,10 hasilnya menegaskan bahwa vaksinasi hepatitis A menggunakan jadwal vaksin dua dosis dan satu dosis akan menjadi intervensi yang hemat biaya dengan perhitungan ICERs. antara 1 dan 3 kali PDB per kapita. IV. PEMBAHASANUpaya menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh Virus Hepatitis A di Indonesia menjadi program yang masih terus dilaksanakan, upaya upaya tersebut masih dalam bentuk promotif dengan terus mengkampanyekan hidup bersih dan sehat serta sanitasi yang baik, masih ada upaya lain yang cukup signifikan menekan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh Virus Hepatitis A yaitu dengan upaya preventif berupa pemberian Vaksin anti Virus Hepatitis A namun terbatasnya sumber daya terutama pembiayaan membuat belum di masukkannya vaksin Virus Hepatitis A dalam program nasional, dalam artikel ini sudah cukup jelas memberikan gambaran bahwa pada ambang ICER US $ 7114 (2 kali PDB per kapita), probabilitas untuk penerapan vaksinasi hepatitis A menjadi hemat biaya adalah 38,18% untuk pemberian dosis 2 kali dan 100% pada pemberian satu dosis.Perlu perhatian yang lebih dengan melihat pada manfaat perlindungan jika diberikan vaksin virus Hepatitis A terutama pada pemberian satu dosis terbukti mampu mengendalikan wabah di seluruh masyarakat, sebagai strategi yang sangat efektif jika vaksinasi dimulai lebih awal dan diterapkan dengan cakupan tinggi. Selain itu, dibandingkan dengan jadwal vaksin dua dosis, skema vaksin satu dosis lebih murah dan lebih mudah diterapkan. Namun, dalam kelompok risiko tinggi (seperti anak-anak dengan penyakit hati kronis dan individu yang kebal terhadap kekebalan) untuk hepatitis A, jadwal vaksin dua dosis masih lebih baik. Dalam konteks perspektif ekonomi kesehatan, implementasi jadwal vaksin satu dosis akan lebih realistis untuk diterapkan di Indonesia. Kelemahan dalam penelitian ini karena penelitian ini pertama di Indonesia, kurangnya data lokal spesifik terkait dengan proporsi kejadian untuk semua tingkat keparahan sehingga dalam mengambil data pembanding peneliti lebih banyak menggunakan data internasional untuk mencari indikator-indikator yang berhubungan dengan perhitungan evaluasi ekonomi tentang pemberian vaksin VHA. Penelitian ini menggunakan model statis, model statis cenderung melebih-lebihkan hasil efektivitas biaya. Kurangnya data efikasi vaksin terhadap penyakit untuk tingkat keparahan yang berbeda dan kurangnya data empiris tentang efektivitas vaksin terhadap infeksi pada perlindungan satu dosis versus dua dosis dari waktu ke waktu.Untuk penelitian selanjutnya mungkin bisa dilakukan evaluasi ekonomi terhadap program Imunisasi Nasional yang selama ini dilaksanakan sehingga dapat dilakukan evaluasi vaksin-vaksin mana saja yang masih cost efektif, sehingga dalam kebijakan dapat diputuskan bahwa ada vaksin yang masih bisa masuk dalam program Imunisasi Nasional dan mana yang tidak, vaksin yang pada implementasinya dapat diperoleh masyarakat dengan pembiayaan mandiri mengingat semakin berkembangnya pola penyakit namun terbatasnya sumberdaya terutama pembiayaan